Percobaan ini menggunakan sampel kuning telur. Isolasi kolesterol diawali dengan penambahan larutan etanol dan eter dengan perbandungan 2 : 1. Kemudian dilakukan filtrasi untuk memisahkan lemak yang terlarut dalam eter dan etanol dengan komponen lain seperti pigmen warna (lutein dan astaxantin) dan protein. Filtrat yang dihasilkan tidak berwarna (bening) dan endapan berwarna kuning.
Hasil endapan kemudian dibilas dengan heksana untuk melarutkan komponen lipid yang tidak ikut terekstrak pada tahap awal. Heksana merupakan pelarut yang sangat baik untuk mengekstrak komponen lemak netral. Selanjutnya, hasil ekstrak tersebut dituang ke dalam corong pisah dan didiamkan selama ± 30 menit untuk memisahkan komponen lemak yang larut dalam heksana (trigliserida) dengan komponen lemak yang larut dalam elarut etanol-eter (kolesterol dan fosfolipid). Pelarut heksana akan berada di bagian atas corong, sedangkan pelarut etanol-eter akan berada pada bagian bawah corong. Hal ini disebabkan berat jenis heksana lebih rendah dibandingkan etanol-eter.
Tahap selanjutnya adalah pemanasan. Pemanasan bertujuan untuk menguapkan pelarut organik sehingga hanya meninggalkan komponen lemak. Hal ini dapat terjadi karena titik didih pelarut lebih rendah dibandingkan titik didih lemak. Selanjutnya aseton dingin ditambahkan ke dalam hasil pemanasan agar melarutkan komponen lemak, yaitu alkohol. Endapan yang terbentuk berwarna putih yang merupakan fosfolipid/lesitin.
Uji Salkowski yang dilakukan terhadap filtrat akhir menghasilkan cincin merah diantara 2 lapisan. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kuning telur positif mengandung kolesterol.
dalam isolasi kolesterol dari kuning telur ini digunakan larutan etanol dan eter. etanol dan eter mempunyai sifat yang cenderung berbeda. etanol cenderung bersifat polar dan eter cenderung bersifat nonpolar. mengapa demikian?? apakah tidak mempengaruhi hasil isolasi??
BalasHapusEtanol yang cenderung bersifat polar dan eter yang cenderung bersifat nonpolar membuat kombinasi pelarut tersebut melarutkan fosfolid yang bersifat ampifatik, kolesterol dan gliserida dalam kuning telur.
BalasHapusEtanol dan eter mempunyai sifat yang berbeda, dimana etanol cenderung bersifat polar dan eter bersifat nonpolar sehingga membuat kombinasi pelarut tersebut melarutkan fosfolid, kolesterol dan gliserida dalam kuning telur yang bersifat ampifatik.
HapusSenyawa amfipatik adalah senyawa yang mempunyai gugus hidrofob (non polar) pada satu sisi dan gugus hidrofil (Polar) pada sisi lainnya.
Etanol melarutkan gugus hidrofil dan eter melarutkan gugus hidrofob pada lemak. sehingga mempermudah untuk memisahkan lemak yang terlarut dalam eter dan etanol dengan komponen lain seperti pigmen warna (lutein dan astaxantin) dan protein.