Rabu, 10 Oktober 2012

OPIUM PENGHASIL MORFIN



Opium (air mata poppy, Lachryma papaveris) adalah lateks kering yang diperoleh dari opium poppy (Papaver somniferum). Opium mengandung sekitar 12% morfin, suatu alkaloid, yang sering diproses secara kimia untuk menghasilkan heroin untuk perdagangan obat ilegal. Lateks ini juga mengandung alkaloid kodein dan non-narkotik seperti papaverin, thebaine dan Noscapine. Metode tradisional untuk memperoleh lateks adalah menggaruk polong biji muda (buah) dengan tangan, lateks keluar dan mengering menjadi residu kekuningan yang lengket kemudian dikerok. Metode modern adalah untuk memanen dan memproses tanaman dewasa oleh mesin.


Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Penggunaan morfin harus disesuaikan dengan dosis dan frekuensi yang tepat. Penyalahgunaan morfin akan berakibat pada ketagihan yang bisa menimbulkan masalah social dan ekonomi. Di dalam tubuh, morfin terutama dimetabolisme menjadi morphine-3-glucuronide dan morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan pengerat, M6G tampak memiliki efek analgesia lebih potensial ketimbang morfin sendiri. Sedang pada manusia M6G juga tampak sebagai analgesia. Perihal signifikansi pembentukan M6G terhadap efek yang diamati dari suatu dosis morfin, masih jadi perdebatan diantara ahli farmakologi.

Opium

From Wikipedia, the free encyclopedia

11 komentar:

  1. dari artikel di atas disebutkan bahwa dalam opium terkandung 12% morfin yang merupakan zat narkotik dan zat non narkotik papaverin, thebaine dan Noscapine.
    pertanyaannya bagaimana cara mengekstrak zat narkotik dan non narkotik? dan bagaimana cara membedakan (identifikasi) kedua senyawa tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara Mengidentifikasi senyawa morfin :

      1. Penambahan Pereaksi Frohde (larutan 0,5% NH4 molibdat dalam air + H2SO4 pekat) : Berwarna Ungu yang kemudian lama-lama menjadi Hijau

      2. Penambahan K3 [Fe (CN)6] + FeCl3 : Berwarna Biru Berlin

      3. Penambahan Pereaksi Pellagri (+HCl pekat kemudian dipanaskan, larutkan dalam NaHSO3 + Air Iod, kocok) : Berwarna Hijau Jambrud

      4. Penambahan Pereaksi Kieffers : Berwarna Biru Hijau

      5. Penambahan FeCl3 + H2SO4: Berwarna Biru Ungu

      Hapus
  2. Identifikasi senyawa alkoloid

    Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.

    BalasHapus
  3. EKSTRAKSI
    Keragaman golongan alkaloida pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat kebasaannya. Berdasarkan atas sifat ini, alkaloida diekstraksi dengan dua cara, yaitu :
    * pertama ekstraksi dengan air dalam suasana asam
    * kedua ekstraksi dengan pelarut organik dalam suasana basa.
    Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik suasana basa.

    pengidentifikasian senyawa ini dapat dibedakan dari berbagai metode, yaitu
    Prosedur Wall, ekstraksi ±20 g sampel kering secara refluks dengan etanol 80%. Dingin saring, ampas dicuci etanol 80%, filtrat dikum-pul, diuapkan. Residu larutkan dengan air sua-sana asam (asam klorida 1%), disaring, tam-bah pereaksi endap seperti Mayer, siklotungstat atau pereaksi lain. Bila positif, maka larutan asam dibasakan kembali dan diekstraksi dengan pelarut organik. Lapisan organik asam-kan kembali dan lapisan air asam dites dengan pereaksi warna, jika positif maka dapat diyakini bahwa sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa perlu juga dites untuk menen-tukan adanya alkaloida quaterner.
    Prosedur Kiang – Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan amonia encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan penambahan HCl 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi alkaloida.

    BalasHapus
  4. zat narkotik adalah zat yang mengandung alkaloid, disini saya akan menjelaskan bagaimana cara mengestrak dan mengisolasi zat alkaloid,.
    dari artikel yang saya baca :
    Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak

    bersifat basa.

    Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

    1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu

    alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.

    Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.

    Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :

    a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari

    ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.

    b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang

    stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.

    c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung

    kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

    Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air

    yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat

    dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan

    pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung

    dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa

    alkaloid menguap seperti nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari

    larutan yang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan

    mengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksi dengan pelarut organik ,

    sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air.

    BalasHapus
  5. sambungan :
    Cara

    lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan

    penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar

    XAD- 2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian

    endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul

    pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat

    dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali

    polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan

    asam.

    2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.

    3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.

    Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk memisahkan

    campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang

    terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan

    gabungan kromatografi kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.

    BalasHapus
  6. dari beberapa penjelasan di atas sebagian hanya menjelaskan ekstraksi morfin, bagaimana dengan zat non-narkotik seperti paparavin???
    mohon penjelasan ea teman-teman!!

    BalasHapus
  7. Papaver somniferum merupakan tanaman berbatang basah dengan tinggi 1,5 cm. berdaun jarang, melekat pada batang, dan berlekuk. Buah kotak, berbentuk bundar, merunjung, tidak berbulu, beruang banyak, bersekat, berdinding tebal, berwarna kuning coklat, panjang 8 cm, dan lebar 3,5 cm. biji berukuran kecil (1 mm), berbentuk ginjal, dan berwarna putih Papaver somniferum (Apiun) adalah tumbuhan liar musiman yang umumnya dikenal dengan nama ‘Opium’ atau ‘Poppy’. Saat bunga-bunga yang hanya berumur beberapa hari itu sudah menjadi buah yang masak, penuai akan mulai menuainya dengan cara memotong tangkai buah tersebut. Di dalam buah yang kaya kandungan alkaloid tersebut, terdapat butiran-butiran benih kering sebesar kapsul. Benih inilah yang kemudian mulai dipasarkan di dunia kuliner. Benih dari buah Apiun yang masak sering dipergunakan dalam membuat ‘snack bagels’. Walaupun ‘bagels’ tidak menimbulkan efek narkotika, namun setelah dikonsumsi tetap dapat memicu reaksi positif pada tes urine untuk narkoba.

    BalasHapus
  8. Apiun untuk narkotika diperoleh dengan cara menyayat buahnya hingga mengeluarkan getah putih yang lengket. Setelah kering, getah tersebut akan berubah warna menjadi kecoklatan. Kandungan getah tersebut berisi campuran narkotika alami alkaloid, termasuk morfin dan kodein. Morfin adalah acetylated untuk menghasilkan diacetylmorphine (atau lebih dikenal sebagai heroin). Opium disaripatikan dari opium poppy(papaver somniferum) & disuling untuk membuat morfin, kodein & heroin

    BalasHapus
  9. Kenapa morfin ditambah fecl3 menimbulkan warna biru violet ?

    BalasHapus
  10. Mengapa morfin dilarutkan dalam 2 ml asam sulfat encer dan beberapa tetes kalium ferrisianida dan 1 tetes FeCl3, terbentuk warna kuning kehijauan?

    BalasHapus