Opium (air mata poppy, Lachryma papaveris)
adalah lateks kering
yang diperoleh
dari opium
poppy (Papaver somniferum).
Opium mengandung sekitar
12% morfin, suatu alkaloid, yang sering diproses
secara kimia untuk menghasilkan heroin untuk perdagangan
obat ilegal. Lateks ini juga mengandung alkaloid kodein dan non-narkotik
seperti papaverin, thebaine dan Noscapine.
Metode tradisional untuk memperoleh
lateks adalah menggaruk polong biji muda (buah)
dengan tangan, lateks keluar dan mengering menjadi residu kekuningan yang lengket kemudian dikerok. Metode modern
adalah untuk memanen dan
memproses tanaman dewasa oleh
mesin.
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif
utama yang ditemukan pada opium. Penggunaan morfin harus disesuaikan dengan
dosis dan frekuensi yang tepat. Penyalahgunaan morfin akan berakibat pada
ketagihan yang bisa menimbulkan masalah social dan ekonomi. Di dalam tubuh,
morfin terutama dimetabolisme menjadi morphine-3-glucuronide dan
morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan pengerat, M6G tampak memiliki efek
analgesia lebih potensial ketimbang morfin sendiri. Sedang pada manusia M6G
juga tampak sebagai analgesia. Perihal signifikansi pembentukan M6G terhadap
efek yang diamati dari suatu dosis morfin, masih jadi perdebatan diantara ahli
farmakologi.
Opium
From Wikipedia, the free encyclopedia
dari artikel di atas disebutkan bahwa dalam opium terkandung 12% morfin yang merupakan zat narkotik dan zat non narkotik papaverin, thebaine dan Noscapine.
BalasHapuspertanyaannya bagaimana cara mengekstrak zat narkotik dan non narkotik? dan bagaimana cara membedakan (identifikasi) kedua senyawa tersebut?
Cara Mengidentifikasi senyawa morfin :
Hapus1. Penambahan Pereaksi Frohde (larutan 0,5% NH4 molibdat dalam air + H2SO4 pekat) : Berwarna Ungu yang kemudian lama-lama menjadi Hijau
2. Penambahan K3 [Fe (CN)6] + FeCl3 : Berwarna Biru Berlin
3. Penambahan Pereaksi Pellagri (+HCl pekat kemudian dipanaskan, larutkan dalam NaHSO3 + Air Iod, kocok) : Berwarna Hijau Jambrud
4. Penambahan Pereaksi Kieffers : Berwarna Biru Hijau
5. Penambahan FeCl3 + H2SO4: Berwarna Biru Ungu
Identifikasi senyawa alkoloid
BalasHapusDua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.
EKSTRAKSI
BalasHapusKeragaman golongan alkaloida pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat kebasaannya. Berdasarkan atas sifat ini, alkaloida diekstraksi dengan dua cara, yaitu :
* pertama ekstraksi dengan air dalam suasana asam
* kedua ekstraksi dengan pelarut organik dalam suasana basa.
Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik suasana basa.
pengidentifikasian senyawa ini dapat dibedakan dari berbagai metode, yaitu
Prosedur Wall, ekstraksi ±20 g sampel kering secara refluks dengan etanol 80%. Dingin saring, ampas dicuci etanol 80%, filtrat dikum-pul, diuapkan. Residu larutkan dengan air sua-sana asam (asam klorida 1%), disaring, tam-bah pereaksi endap seperti Mayer, siklotungstat atau pereaksi lain. Bila positif, maka larutan asam dibasakan kembali dan diekstraksi dengan pelarut organik. Lapisan organik asam-kan kembali dan lapisan air asam dites dengan pereaksi warna, jika positif maka dapat diyakini bahwa sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa perlu juga dites untuk menen-tukan adanya alkaloida quaterner.
Prosedur Kiang – Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan amonia encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan penambahan HCl 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi alkaloida.
zat narkotik adalah zat yang mengandung alkaloid, disini saya akan menjelaskan bagaimana cara mengestrak dan mengisolasi zat alkaloid,.
BalasHapusdari artikel yang saya baca :
Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak
bersifat basa.
Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu
alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.
Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari
ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang
stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung
kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air
yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat
dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan
pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung
dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa
alkaloid menguap seperti nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari
larutan yang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan
mengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksi dengan pelarut organik ,
sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air.
sambungan :
BalasHapusCara
lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan
penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar
XAD- 2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian
endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul
pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat
dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali
polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan
asam.
2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.
3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.
Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk memisahkan
campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang
terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan
gabungan kromatografi kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.
dari beberapa penjelasan di atas sebagian hanya menjelaskan ekstraksi morfin, bagaimana dengan zat non-narkotik seperti paparavin???
BalasHapusmohon penjelasan ea teman-teman!!
Papaver somniferum merupakan tanaman berbatang basah dengan tinggi 1,5 cm. berdaun jarang, melekat pada batang, dan berlekuk. Buah kotak, berbentuk bundar, merunjung, tidak berbulu, beruang banyak, bersekat, berdinding tebal, berwarna kuning coklat, panjang 8 cm, dan lebar 3,5 cm. biji berukuran kecil (1 mm), berbentuk ginjal, dan berwarna putih Papaver somniferum (Apiun) adalah tumbuhan liar musiman yang umumnya dikenal dengan nama ‘Opium’ atau ‘Poppy’. Saat bunga-bunga yang hanya berumur beberapa hari itu sudah menjadi buah yang masak, penuai akan mulai menuainya dengan cara memotong tangkai buah tersebut. Di dalam buah yang kaya kandungan alkaloid tersebut, terdapat butiran-butiran benih kering sebesar kapsul. Benih inilah yang kemudian mulai dipasarkan di dunia kuliner. Benih dari buah Apiun yang masak sering dipergunakan dalam membuat ‘snack bagels’. Walaupun ‘bagels’ tidak menimbulkan efek narkotika, namun setelah dikonsumsi tetap dapat memicu reaksi positif pada tes urine untuk narkoba.
BalasHapusApiun untuk narkotika diperoleh dengan cara menyayat buahnya hingga mengeluarkan getah putih yang lengket. Setelah kering, getah tersebut akan berubah warna menjadi kecoklatan. Kandungan getah tersebut berisi campuran narkotika alami alkaloid, termasuk morfin dan kodein. Morfin adalah acetylated untuk menghasilkan diacetylmorphine (atau lebih dikenal sebagai heroin). Opium disaripatikan dari opium poppy(papaver somniferum) & disuling untuk membuat morfin, kodein & heroin
BalasHapusKenapa morfin ditambah fecl3 menimbulkan warna biru violet ?
BalasHapusMengapa morfin dilarutkan dalam 2 ml asam sulfat encer dan beberapa tetes kalium ferrisianida dan 1 tetes FeCl3, terbentuk warna kuning kehijauan?
BalasHapus